Tulisan di bawah ini saya buat sebagai bahan saat teduh untuk Retreat GKY Green Ville "Invitation to A Journey" 21-23 Juni 2007
Mungkin sudah bertahun-tahun kita menjadi orang Kristen. Entah sudah berapa banyak ayat Alkitab yang kita baca dan entah berapa ratus atau bahkan berapa ribu penjelasannya (khotbah) yang kita dengar. Tetapi seperti perumpamaan yang disampaikan Yesus, semua benih yang ditabur itu akan menjadi percuma kalau tidak jatuh pada tanah yang baik.
Kita sering mendengar orang mengatakan bahwa masalah paling utama bukanlah berapa banyak yang didengar tapi berapa banyak yang dilakukan. Saya setuju! Tetapi cara berpikir seperti ini juga seringkali membuat kita hanya menekankan ‘tindakan melakukan’ Firman Tuhan. Dan ini bisa berdampak serius.
Misalnya ketika kita membaca ‘kasih itu sabar, kasih itu murah hati…’. Kita akan berjuang untuk terlihat sabar sekalipun marah, dan berjuang untuk terlihat murah hati walaupun tidak rela. Lalu kita rasa kita sudah melakukan Firman Tuhan.
Demikian pula kita akan menghitung apakah kita sudah berdoa, ke gereja, pelayanan, memberikan persembahan, dll. Dan kalau kita sudah melakukannya, kita akan merasa puas, merasa sudah bertumbuh. Padahal kita tidak pernah bertumbuh.
Dalam hal ‘tindakan melakukan’, yang paling hebat mungkin adalah orang Farisi. Tetapi jangan lupa, mereka justru ditegur Yesus! Mereka tidak bertumbuh sekalipun melakukan semuanya. Mereka hanya memasang kuk yang tidak enak dan beban yang berat atas pundak mereka dan orang lain.
Seperti berbuah adalah keharusan, melakukan Firman adalah keharusan. Tetapi jangan lupa ada proses dari benih sampai menjadi buah: benih itu harus ‘masuk’ benar ke tanah, berakar perlahan ke bawah dan bertumbuh perlahan ke atas. Demikian pula ada proses dari ‘mendengar’ Firman ke ‘melakukan’ Firman.
Dengan menggunakan analogi yang sama, minimal ada 3 hal yang harus kita perhatikan:
Firman yang didengar itu harus ‘masuk’ benar ke dalam kita. Bagaimana caranya? Mungkin ilustrasi berikut dari Eugene Peterson bisa membantu. Seekor anjing yang mendapat tulang akan menggigitnya, mengunyahnya, menjilatnya dan kadang menggeram dengan puas. Dia menikmatinya dan tidak terburu-buru menghabiskannya. Yes 31:4 memakai gambaran yang sama: “Seperti seekor singa…menggeram untuk mempertahankan mangsanya”. Istilah menggeram di situ menggambarkan singa yang sedang menikmati mangsanya. Dan yang menarik adalah, istilah yang sama dipakai dalam Mzm 1 dan diterjemahkan ‘merenung’. “Berbahagialah orang" yang “kesukaannya ialah Taurat Tuhan dan merenungkannya siang dan malam”.
Bayangkan seperti seekor anjing yang begitu menikmati tulang, menggigit, mengunyah, menjilat, dan kadang menggeram dengan puas, atau seperti singa yang begitu menikmati mangsanya, demikianlah kita menikmati Firman Tuhan! Apakah itu yang kita alami waktu mendengar dan membaca Firman?
Kita harus membersihkan tanah itu dari batu dan semak duri. Ini sama sekali bukan pekerjaan yang gampang. Ada dosa, kekhawatiran, kekerasan hati, kepahitan, semua itu satu-persatu harus kita bawa kepada Tuhan untuk dibersihkan. Kita menyediakan tanah yang subur untuk benih itu bertumbuh.
Dan akhirnya, sabar membiarkan Tuhan bekerja. Tidak ada pertumbuhan yang bisa dipercepat. Satu-satunya yang bisa kita lakukan dengan lebih cepat adalah merusak pertumbuhan itu sendiri. Kita hanya membiarkan Tuhan bekerja dalam diri kita. Dan maksud saya adalah sungguh-sungguh MEMBIARKAN Tuhan bekerja. Jangan halangi dengan dosa, jangan halangi dengan ketidak taatan kita, jangan halangi dengan kemalasan kita!
Kita akan melihat buah itu keluar. Melakukan Firman Tuhan bukan lagi sebagai beban tetapi mengalir keluar dari hidup kita. Sebagaimana pohonnya sudah menjadi pohon yang baik, demikianlah buahnya akan baik.
Itu sebabnya Yesus mengatakan “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan”.
sumber : http://jeffreysiauw.blogspot.com/2009/10/lukas-84-15.html
No comments:
Post a Comment