Sunday, February 12, 2012

Mari Berjuang Kawan !

Waktu berjalan begitu cepat sampai-sampai saya hampir lupa kalau sekarang ialah tahun 2012. Rasa-rasanya seakan-akan masih 2011 saja. Begitu cepat, sampai-sampai saya harus kembali mengingat-ingat apa-apa saja yang sudah dikerjakan selama satu bulan terakhir. Lebih banyak hal yang positif atau yang negatif kah ?
Dari kecil kita sudah ditanamkan konsep waktu itu begitu berharga dan disejajarkan dengan uang. Time is money. Hidup ini harus produktif dan efektif. Jangan membuang-buang waktu, demikian yang orangtua kita ajarkan. Kemudian kita pun mulai sadar dan mulai menyusun aktivitas-aktivitas kita sesuai dengan kapasitas yang ada. Kita begitu berjuang untuk menggunakan semua waktu yang ada untuk bekerja, belajar, beraktivitas, pokoknya harus bergerak, harus aktif, harus menghasilkan sesuatu, tidak boleh diam berpangku tangan saja.
Namun pada akhirnya kita pun harus jujur. Kita terbatas, bukan mesin, masih manusia biasa. 
Ada saat-saat dimana kita berada dalam kondisi jenuh, pikiran yang bercabang, beban kerja & deadline yang menumpuk; seolah-olah begitu banyak yang harus dikerjakan ke depan. Masalah dan pergumulan nampaknya bertemu menjadi satu. Tiada habis-habisnya.
Mari ambil waktu sejenak. Mundur sejenak dari segala rutinitas yang ada. Dari hiruk pikuk kebisingan yang ada. Dari segala ketakutan dan perasaan terburu-buru. Mundur perlahan-lahan. Kembali duduk diam di hadiratNya. Duduk diam bukan berarti kita tidak efektif, bukan pula berarti kita tidak produktif. Duduk diam bukan juga bermeditasi & mengosongkan pikiran. Sebaliknya, kita menenangkan hati dan jiwa ini. Kembali merenungkan kembali Firman & karyaNya yang telah kita alami. Setiap kebaikanNya, setiap pertolonganNya menghangatkan kita kembali. Kita tersadar dari kesibukan dan pola hidup yang dikejar-kejar waktu. Kita belajar apa itu hidup yang produktif dan efisien. Load and balancing. Diseimbangkan kembali dari rutinitas yang ada. Diarahkan kembali ke panggilan mula-mula, sesuai maksud dan tujuan Allah.
Pada akhirnya, setiap janji, setiap Firman, setiap pengalaman nyata yang kita alami akan menjadi suatu pengharapan & kekuatan untuk kembali tersenyum, kembali berjuang & menata hidup ini kembali. Berjalan menantang dunia ini. Tidak sendiri, bersama Allah.
Mari berjuang kawan !

Saturday, January 21, 2012

Innalilahi wainna ilahi rojiun - dari debu kembali ke debu

Jumat, 20 Januari 2012

Malam ini, barusan, sebuah sms masuk di inbox HP saya. Sekilas terlihat isinya "Innalilahi wainna ilahi rojiun". Segera saya buka dan baca isinya dengan seksama :
Innalilahi wainna ilahi rojiun. Telah berpulang ke rahmatullah. Ayah handa dari andi noviansyah, dba-sis di indosat jam 23.30 hari ini.
 Kaget. Ga percaya. Barusan kemarin sore Andi cerita kalau Ayahnya tiba-tiba mengeluhkan sakit, yang setelah dilihat lebih jauh tampak pembengkakan pada organ Livernya. Rencananya hari ini ia ingin menemani sang ayah memeriksa kondisinya lebih lanjut. Itu percakapan terakhir yang kami bicarakan. Tidak ada lagi. Hingga sebuah sms masuk, berisi pesan di atas.

Saya tahu dia pasti terpukul. Sang ayah merupakan sosok yang dikaguminya. Teladan dan nasehat yang diberikannya seringkali ia ucapkan ketika kami ngobrol bersama. Tampak hubungan mereka begitu akrab. Sebuah sms langsung saya kirim ke nomor HPnya. Sebuah sms tanda belasungkawa. Sebuah sms tanda simpati, tanpa kata-kata yang berisi basa-basi.

Kembali saya berpikir,

Betapa hidup itu begitu singkat dan cepat. Sering kita mendengar atau membaca di koran / media lainnya, anak yang "baru" berumur 1 bulan dan belum dapat membedakan mana yang salah dan tidak, dipanggil Yang Kuasa. Melalui kejadian seperti ini, kita belajar bahwa kematian menghampiri setiap makhluk hidup, tak terkecuali kita, manusia, tanpa pandang usia, derajat dan martabat. Kita tidak tahu kapan sang maut datang dan berbisik di telinga kita.

Kita tidak pernah tahu kapan orang-orang yang kita kasihi dipanggil oleh Ia yang Maha Kasih. Selagi mereka masih ada, kita sering 'melupakan' mereka dan asik dengan teman-teman yang baru kita kenal. Lupa kita kalau mereka pun memiliki usia. Sering kita baru menyesal ketika mereka satu per satu 'pergi' meninggalkan kita dan takkan kembali. Kita baru memberikan hadiah yang terbaik, makam dan nisan yang termewah, menangisi mereka dengan sungguh-sungguh. Namun apa daya, semua sudah telat.

Banyak yang suka lupa kalau ia itu manusia, sang makhluk nan fana. Perkara mati masuk sorga atau mati masuk neraka itu urusan kedua. Yang penting hidup ini hanya sekali, jangan disia-siakan. Hidup seenaknya, muda kaya raya, tua sejahtera, mati masuk sorga. Perkara taubat itu nanti, kalau sudah mau mendekati ajal atau sakaratul maut. Lupa kita kalau mati itu urusan Di Atas, waktunya Di Atas dan seizin yang Di Atas. Lupa kita kalau Visa dan Mastercard tak bisa membeli detik-detik sakaratul maut tersebut.

Pada akhirnya setiap kita yang dianugrahi hidup pun harus bertanggungjawab pada si Pemberi Anugrah itu. Live your life to the fullest, kalo kata pepatah.  Jangan sampai terlambat. Jangan sampai menjadi orang bodoh yang kerjanya menyesal dan menyesal. Jangan sampai lupa diri. Innalilahi wainna ilahi rojiun - dari debu kembali ke debu. 
Dari kematian kita belajar makna dari sebuah kehidupan. Dari keterpisahan kita belajar pentingnya memiliki. Seandainya sang malaikat maut bisa berbisik ...