Thursday, August 20, 2009

Pelan-Pelan jadi bukit UANG (bag.1)

Sulit juga memikirkan judul yang unik untuk postingan kali ini karena aku menulisnya berdasarkan pergumulan diriku sendiri. Mungkin ada beberapa dari kita yang mengerenyitkan kening tanda tidak mengerti, beberapa mengeleng-geleng tanda ketidaksetujuan dan ada dua atau tiga kepala yang hanya tersenyum ketika membaca judul posting ini.

Semua orang yang hidup membutuhkan uang. Dengan uang kita dapat membeli banyak barang dan jasa, namun ada begitu banyak hal yang tak dapat dibeli dengan uang. Sejak kecil kita disekolahkan mulai dari SD - SMP - SMA hingga bagi mereka yang beruntung dapat ke bangku kuliah (S1) atau bahkan Magister (S2). Orang tua berusaha dengan keras membanting tulang dengan segala jerih lelah mereka agar anak-anak mereka menjadi orang yang berhasil dan sukses di masa depan, atau dengan kata lain menjadi orang kaya lah. Sejak kecil sadar ataupun tidak sadar, kita sudah didoktrinasi agar dapat jadi orang yang kaya raya, punya uang banyak abis (ampe keturunan ke-5 atau 6 kalo perlu) dan sukses besar. Dan hal inilah yang dibawa terus hingga akhir masa hidup kita.

Kuliah hanya demi jadi orang kaya nantinya, balik modal. Hingga saatnya itu tiba, saat dimana kita sudah dapat menghasilkan uang sendiri. Masa-masa menjadi alumni adalah masa-masa transisi yang begitu kuat pengaruhnya terhadap sisa waktu hidup ke depan. Pola pikir pun berubah dari yang tadinya mengejar ilmu jadi mengejar karir & penghasilan. Sebisa mungkin kita cari pekerjaan yang menawarkan gaji tinggi walaupun mungkin pekerjaan itu tidak sesuai dengan bidang minat/kuliah kita sebelumnya dan bahkan memang bukan PANGGILAN kita untuk bekerja di bagian itu.

Beberapa dari temen-temenku bahkan berbeda 180 derajat pekerjaannya dari bidang ketika dia kuliah dulu. Ketika ditanya mengapa seperti itu, dia hanya menjawab "Ngapain kerja di bidang kuliah gw dulu, uda kerjanya keras dan berat toh gajinya juga sama dengan kerja di bidang ini, enak dan santai lagi." Sungguh amat disayangkan ketika mendengarnya berkata demikian. Nasehat yang dikeluarkan pun menjadi ga berguna lagi, karena targetnya sekarang adalah mengumpulkan uang sebanyak-banyak mungkin sehingga nanti bisa pensiun muda dan bersantai-santai ria.

Memang untuk mereka yang baru pertama kalinya menghasilkan uang, akan terasa begitu berat untuk menghabiskan/mengeluarkan uang tersebut untuk sesuatu yang tidak bermanfaat bagi mereka, bahkan sebisa mungkin kita tekan dan tekan biaya pengeluaran sehari-hari (bukan demi penghematan, tapi karena ingin kaya). Ketika mendapat pekerjaan dengan gaji yang kecil/dibawah yang ia inginkan, maka orang itu akan dengan mudahnya melepas lowongan itu sementara ada ribuan pengganggur di Indonesia ini yang sedang berebut pekerjaan. Pekerjaan dinilai berdasarkan gaji gua nanti gede tao kaga yah? Tunjangan-tunjangannya banyak dan bernilai tinggi ga sih ? Bonus-nya gimana nih ? -- Mencari pekerjaan berdasarkan penghasilan/gaji yg ingin didapat bukan berdasarkan PANGGILAN.

Bersambung ...

Jangan lupa berkunjung ke http://www.robert-halim.co.cc

No comments: