Pagi ini saya awali dengan membuka YMIblogging dan mencari bahan renungan untuk pagi hari ini. YMIblogging adalah suatu situs blog RBC yang berisi artikel & renungan yang dapat digunakan sebagai bahan refleksi diri kita. Renungan pagi ini adalah tentang up in smoke. Sekilas kalau dilihat dari judulnya nampaknya sulit untuk membayangkan gambaran apa yang sedang dibawakan dalam renungan ini, namun setelah membaca & merenungkan hingga selesai bagian up in smoke ini, saya kembali disadarkan & disegarkan akan hal-hal yang sering saya lakukan.
Renungan ini dibuka dengan menceritakan sekilas kisah tentang Michael Phelps, seorang perenang yang begitu sensasional karena dapat merebut 8 medali emas selama musim Olimpiade 2008 kemarin. Siapa yang tidak kenal dia, si Michael Phelps ? Saya pikir semua orang yg mengikuti perkembangan olahraga dunia tentu tahu mengenai dia. Mengenai prestasi & kejayaan-kejayaan yang dirintisnya dari awal, dengan kerjakeras & impian. Public sangat menghormati & mengaguminya setelah prestasi gemilangnya di Olimpiade 2008 kemarin. Semua jerih payah & kerja keras Michael pun terbayarkan dengan penghargaan ini.
Namun siapa yang menyangka kalau di kemudian hari, tepatnya di awal Tahun 2009 ini, dunia olahraga dibuat gempar dengan foto gambar Michael Phelps yang terlihat dengan tenang sedang menghisap pipa mariyuana. Banyak orang tidak menyangka akan hal ini. Lalu apa yang terjadi dengan Michael ? Image dirinya segera jatuh & terperosok begitu dalam, menambah deretan atlet olahraga yang menjadi pengguna bahan-bahan narkotika. Ia diskors dari dunia olahraga. Fans & penggemarnya banyak yang kecewa dengannya & kemudian meninggalkannya, walaupun Michael sudah menyesali serta meminta maaf atas kelakuannya ini. Namun itu semua sudah terlambat, sebanyak apapun permohonan maaf yang Michael keluarkan, tidak dapat membersihkan image 'mariyuana' yang sudah melekat padanya.
Michael telah membuat suatu keputusan untuk meraih cita-citanya menjadi perenang handal dengan menggunakan mariyuana - Sebuah keputusan yang nampaknya sepele, namun memberikan dampak yang begitu besar dalam kehidupannya.
Bagaimana dengan kita ? Bukankah sering kali kita menggunakan cara-cara 'dunia' untuk bisa mendapatkan apa yang kita inginkan ? Kita lebih memilih berteman dengan dunia ini daripada berteman dengan Pencipta kita. Kita pikir bahwa kita lebih mengenal siapa diri kita yang sesungguhnya. Kita pikir dunia ini dapat membawa kita menikmati kesenangan-kesenangan yang kita inginkan : harta kekayaan, kekuasaan tinggi, makanan-minuman enak, hidup yang aman, damai, lancar. Kita akhirnya menggunakan segala macam cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, tidak peduli sekalipun itu adalah cara-cara yang salah. Hati nurani kita berteriak, namun kita diamkan : seolah-olah tidak terdengar 'suara' yang menggelitik ketika kita melakukan hasil tersebut. Kita menjadi pribadi-pribadi yang 'menjual' Tuhan demi kekayaan,pergaulan, kekuasaan, popularitas & kepuasan pribadi kita.
Dunia ini, dunia sekarang ini, semakin mendorong kita masuk dengan cara-cara & pandangan-pandangan yang menjebak. Dunia ini menawarkan popularitas & modernitas instan yang telah banyak menjebak orang-orang terkenal seperti Michael Phelps dan mem'bunuh'nya perlahan-lahan. Persahabatan dengan dunia adalah musuh Allah. Jangan salahkan Dia ketika apa yang kita minta tidak Ia beri, karena mungkin apa yang kita minta hanya semata-mata untuk memuaskan nafsu kesenangan kita saja.
Pertanyaan refleksi :
Sudah berapa lama kita tidak berdoa lagi padaNya ?
Sudah berapa lama kita tidak datang ke tempat ibadah ?
Buat teman-teman yang sudah lama 'meninggalkan Tuhan', yuk kita pulang kembali padaNya. Tidak enak loh menjadi musuh Tuhan karena kita pada dasarnya adalah teman Allah. Kekayaan & kekuasaan tidak akan membuat kita merasa damai & sejahtera, pasti deh ada suatu perasaan kosong di dalam diri kita - jika kita mau benar-benar merenung - yang selama ini kita rasakan. Ada suatu perasaan bersalah karena telah membiarkan hati nurani ini 'mati'.
Mari kita kembali pulang padaNya, menjadi sahabatNya & menjadi perantaraNya bagi dunia ini. Biarlah momen natal ini menjadi momen yang tepat untuk berdamai dengan Allah, merasakan kembali anugrahNya, pengampunanNya & kasihNya.
Selamat Natal
Before you make a move away from God, consider the cost. What will go
“up in smoke” if you go after sin? —Tom Felten
No comments:
Post a Comment