Monday, December 27, 2010

Senin, 27 Desember 2010 20:20 PM

Senin, 27 Desember 2010 20:20 PM ...

Hari ini, Senin, hari dimana banyak orang menggerutu. Lepas dari dunia mimpi, hiburan, dan kesenangan. Selesai pula perayaan hari natal mulai 24, 25 dan 26 Desember. 3 hari full ke gereja & beribadah terus (uda mirip malaikat lama-lama hehe ..)

Bangun tidur juga rasanya maless banget.

Back to real world again ..

Jalanan Jakarta mulai agak sepi. Mungkin banyak yg uda pada cuti. Atau masih pada tidur. Bolos ?!?

Entah kenapa hari ini ada 2 orang yang bertanya secara berurutan.
Satu di dalam angkot. Satu lagi ketika menunggu bis.

Orang pertama bertanya tentang lokasi terminal. Coba untuk memberi jawab, sambil menunjukkan tempatnya. Dia hanya menggangguk lalu diam. Orang kedua, bertanya tentang bis yang menuju ke Bekasi. Kembali memberi jawab padanya. Sepertinya dia masih baru & terlihat khawatir akan tersesat. Sambil tersenyum, menyakinkannya bahwa bis itu memang menuju ke sana. Sesaat kemudian bis itu datang, sambil bergerak mengejar bis tersebut, dia berkata "Terima Kasih.", sambil diiringi senyum yang tulus.

Dua orang, dua pertanyaan, dua respon yang berbeda

Sudah 30 menit berlalu dari percakapan dengan pemuda tadi, bis belum juga datang. Tak sengaja terlihat dari arah seberang, melesat dengan kencang bis yang dinanti. 30 menit penantian, tapi bis yang dinanti pun tak bersua.

Kaki ini bergerak, menuju arah seberang. Tempat dimana bis tersebut lewat. Sudah berganti jalur rupanya, biasanya ia lewat sini. Di tengah matahari yang cukup terik, badan ini terasa pegal menggendong beban (tas seberat 5 kg).

Posisi kini berganti. Tidak lagi menunggu di tempat tadi. Beberapa detik bergulir, bis lain yang juga bisa menuju ke tempat kerja lewat begitu saja, begitu saja ke tempat penantian 30 menit yang lalu. Mau menggerutu ? Marah ? Sebel ? Wajar saja, tak ada yang melarang. Itu manusiawi. Sayangnya semuanya itu cuma terlintas di benak, tak sampai berbuah dosa. Suatu suara berbisik "Hadapi hari ini dengan bersyukur".

Tak lama, muncul bis yang ditunggu, tepat berhenti di depan mata. Dengan hati bersyukur, kaki ini melangkah naik. Mata ini mencari bangku yang layak untuk menaruh badan. Bis itu kosong. Sepi.
Puji Tuhan. Jarang seperti ini.


Perjalanan tak lama, jauh lebih cepat 20-30 menit dari biasanya. Seperti biasa, bis tak berhenti di depan kantor, kaki ini harus melanjutkan fungsinya. Di tengah rimbunnya pepohonan hijau, suara burung yang berkicau dan geraman mesin mobil, hati ini berdoa :

"Tuhan, izinkanlah hari ini menjadi hari yang boleh dilewati dengan penuh ucapan syukur. Hari ini mungkin tidak lebih mudah dari kemarin. Ada banyak godaan, masalah, dan tantangan yang mungkin terjadi. Tetapi, biarlah anugrahMu yang mencukupkan semuanya, untuk hari ini. Ajarkan hati ini bagaimana mengucap syukur. Menyerahkan hari ini dalam tanganMu. Apa yang terjadi, semuanya di dalam kuasa & rencanaMu. Amin"

Ada perasaan tenang & damai di hati ini. Begitu masuk pagar kantor, seorang satpam menyambut dengan senyuman. Mulut ini membalasnya. "Selamat Pagi, Pak". Tak lupa anggukan kepala & sedikit senyuman di bibir. Ada percakapan sedikit di antara kami. Jarang terjadi biasanya. Mungkin ini karena doa barusan ...

Sisa hari diisi dengan kegiatan bicara dengan manusia, tidak melulu komputer, FB, email & YM. Jiwa ini jiwa sosial, bukan mesin. Bukan barang statis.

Entah mengapa bos yang biasa dingin, tiba-tiba mengajak bicara & bisa tertawa kecil. Pemandangan yang langka selama ini. Kami akhirnya terlibat percakapan kecil. Mungkin ini akibat doa tadi ...

Sisa hari ini dipenuhi dengan senyuman.

Bersyukur untuk makan bekal yang dibuat dan diracik oleh tangan seorang ibu. Aroma bumbu kasih & ketulusan hati begitu terasa. Sayangnya, ini tak dijual di toko manapun.

Bersyukur untuk juice belimbing tadi. Walaupun harganya menggagetkan. Rp.10.000 / gelas untuk ukuran warung dari kain terpal. Ingin rasanya marah / menggerutu pada sang penjual, tapi tertahan di mulut. "Belajar memberi lebih kepada orang-orang kecil. Hidup mereka tidak seberuntung dirimu. Bisakah kau mengucap syukur ?", suara itu kembali berbisik. Teringat doa tadi pagi, jiwa ini bersyukur "Terima Kasih, Tuhan"

Bersyukur untuk relasi yang semakin akrab dengan teman-teman sekantor
Mengucap syukur untuk pengetahuan & pelajaran yang didapat hari ini.

Is this me ?

Tidak, ini karena Tuhan. Jiwa ini hanya bisa berdoa & berusaha.
Pendosa ini belajar sekali lagi apa itu bersyukur. Belajar melihat untuk bisa hidup di dalam anugrah itu butuh anugrah. Untuk bisa bersyukur pun butuh anugrah Tuhan.

Doa hanyalah permulaan, kasih & anugrah Tuhan lah yang menuntun hingga pada akhirnya


In Christ alone will I glory
Though I could pride myself in battles won
For I’ve been blessed beyond measure
And by His strength alone I’ll overcome
Oh, I could stop and count successes like diamonds in my hands
But those trophies could not equal to the grace by which I stand

In Christ alone
I place my trust
And find my glory in the power of the cross
In every victory
Let it be said of me
My source of strength
My source of hope

Is Christ alone

In Christ alone do I glory
For only by His grace I am redeemed
For only His tender mercy
Could reach beyond my weakness to my need
And now I seek no greater honor in just to know Him more
And to count my gains but losses to the glory of my Lord

In Christ alone
I place my trust
And find my glory in the power of the cross
In every victory
Let it be said of me
My source of strength
My source of hope







1 comment:

Ida Ratna said...

seandainya setiap hari bisa begini :p