Apa yang kamu rasakan di hari natal ini ? Senang? Sukacita? Biasa saja? atau malah kesepian? Lonely? Entah sudah berapa kali peristiwa seperti natal ini tiba, mampir di kehidupan kita. Natal ga bicara soal orang Kristen dan Tuhannya saja, bung! Natal itu bicara tentang suatu suasana senang dan gembira yang mau ga mau dirasakan seluruh dunia. Lihat saja bagaimana pertokoan-pertokoan memberikan diskon besar-besaran menyambut natal. Lihat saja bagaimana mall dan gedung-gedung menghiasi dirinya dengan ornamen-ornamen natal. Santa Claus, pohon cemara hijau, lonceng, kaus kaki, suasana merah-hijau-putih menghiasi sebagian besar pertokoan,mall & jalanan yang ada di sudut kota. Tak mengherankan bila natal diidentikan dengan kabar sukacita yaitu potongan harga besar-besaran sebagai wujud "kasih-natal" diiringi gemuruh lagu natal yang berkumandang.
Natal yang sama berulang dari tahun ke tahun. Ornamen natal yang sama masih kita temukan hingga saat ini. Lagu natal pun masih berkumandang ; lagu-lagu natal yang mungkin kita dengar di waktu kita masih kecil. Masa-masa dimana mungkin ada diantara kita yang berharap Sang Santa Claus akan 'mampir' dan memberikan kita hadiah natal yang ditaruh di kaos kaki atau di bawah pohon natal. Firman Tuhan yang sama, masih seputar karya agung Allah yang mengirimkan AnakNya yang tunggal-semata wayang-yang sangat dikasihiNya untuk datang ke dunia. Menjadi manusia, hidup di tengah-tengah manusia, berinteraksi, hingga akhirnya Ia mati disalibkan. Berita yang sama yang kita dengar terus menerus tentang kabar sukacita natal pertama yang disampaikan pada orang-orang Majus, pada orang-orang kelas hina dan rendah seperti gembala-gembala ternak. Bayi mungil Tuhan yang berinkarnasi jadi daging, dilahirkan di kandang ternak karena begitu miskin & susahnya Maria & Yusuf.. Mungkin kita dapat mengulangi kisah tersebut dengan urutan yang indah karena sudah terulang-terulang di ingatan kita...
Mempertahankan makna natal yang benar & berkesan nampaknya begitu sulit. Makna natal mulai bergeser dari kesederhanaan menjadi kemewahan dan glamouristik. Berpindah dari merayakan kelahiran Kristus Sang Raja, menjadi merayakan Santa Claus dan pohon natalnya. Menggantikan keteduhan & suasana sunyi pada waktu itu dengan hiruk pikuk orang-orang yang meneriakan semangat Natal yang kosong. Menggantikan persiapan hati untuk menyambut kedatanganNya dengan berbelanja & bercengkrama dengan sanak saudara. Saat-saat dimana seharusnya kita duduk diam dan berdoa, digantikan dengan persiapan drama natal, dekorasi ruang dan aktivitas-aktivitas yang begitu menyibukkan diri hingga waktu mempersiapkan diri menjadi begitu sedikit.
Tak mengherankan kalau banyak orang Kristen yang kehilangan makna natal. Natal hanya sekedar ritual hari raya keagamaan. Natal hanya sekedar cerita 'jadul' tentang karya Allah. Banyak yang begitu menanti-nantikan drama natal, melompat-lompat dan bersorak-sorai ketika puji-pujian natal dikumandangkan & porsi Firman Tuhan menjadi porsi yang 'sebisa-mungkin' dipercepat & diperlucu lah penyajiannya... Tidak mengherankan pula bila ada beberapa orang yang merasa kesepian di hari natal ini, merasa kehilangan sukacita natal. Semangat natal cuma berasa di minggu-minggu Desember. Mulai masuk Januari, semangat & pengharapan natal perlahan namun pasti terkikis dan menghilang.. kembali menjadi manusia bumi, setelah 1 bulan berasa di 'sorga'.
Bersambung...
No comments:
Post a Comment