Tuesday, August 18, 2009

Empati atau Simpati ?

Kali ini saya kembali akan membagikan artikel yang saya dapatkan dari kumpulan arsip di Facebook. Cerita fakta ini mungkin dapat membuka mata hati kita untuk dapat melihat lebih dalam dari apa yang selama ini kita lihat. Belajar membedakan antara empati dan simpati. Berikut ini adalah cuplikan artikelnya, smoga bisa membuka mata kita bersama.

kemaren, tepatnya hari kamis tanggal 13 Agustus adalah hari yang melelahkan, menegangkan sekaligus menggembirakan. Hari itu aku sidang kelulusan di kampus. Sidangnya dari pagi sampai sore, dan sekalian aja aku stand by di situ untuk menunggu hasilnya.

Dengan harap-harap cemas, jantung deg-deg-an, kepala agak pusing dan perut “keroncongan” aku tunggu deh hasilnya. Dan sambil menunggu aku makan deh, bis laper banget sama salah seorang teman kelasku. Ternyata temenku itu sama deg-deg-annya denganku, dan sama-sama berharap cemas karena takut ngga lulus.

Bisa dibilang deh kita agak stres gitu menunggu hasilnya, bedanya klo dia lagi stress ngga nafsu makan, tapi klo aku lagi stres justru “lari”nya ke nafsu makan..hehehhehhe....

Dan setelah lama menunggu akhirnya ditempel juga pengumuman sidang di papan pengumuman, dan langsung diserbu sama mahasiswa yang sidang hari itu yang memang sudah menunggu sampai maghrib hanya untuk memastikan dirinya lulus. Penuhnya bukan main, dan butuh tenaga ekstra juga untuk bisa ngeliat pengumuman.

Dan saat liat hasilnya, Praise God hasilku lumayan lah, dan ketakutanku hilang sudah, berganti jadi keceriaan, dan ternyata nilaiku tertinggi kedua dari seluruh mahasiswa yang sidang hari itu... Wuihhhh, gimana ngga seneng. Malahan pengen teriak sekenceng-kencengnya dan “toss-tossan” sama semua orang di situ.

Tapi niatku itu aku urungkan, karena ternyata teman yang tadi makan bersamaku tiba-tiba duduk lemas gitu dan matanya mulai memerah. Setelah kulihat namanya, ternyata dia tidak lulus.

Wah, what must I do ???

Ngga banyak yang bisa aku lakukan, ngga banyak kata-kata motivasi yang bisa aku berikan dan usahaku dan temen-temenku untuk “melobi” dosen dan mencari tau penyebabnya ngga bisa merubah nilainya dan keadaan. Dia udah terlanjur sedih dan lemes, dan benar-benar kehilangan harapan, gimana engga, ketakutannya terbukti benar. Dan sekali lagi aku bertanya pada diriku what must I Do ???

Yang lebih parah, ternyata dia sangat ketakutan dan ngga mau pulang ke rumah. Gimana ni, hari udah mulai gelap, dan teman-temanku yang lain juga udah pada pulang, tinggal aku ebrempat (bersama 2 orang temanku yang lain) dan hanya aku satu-satunya cowo, wahhhh....gimana niy..... masa mau aku tinggalin gitu aja dia di kampus, atau dengan tega menyuruhnya pulang sendiri. Dan akhirnya aku mengantarkan dia, katanya di turunin aja di jalan deket rumahnya (mana mungkin.... udah malem pula), dan akhirnya aku mengantarnya ke rumah sahabatnya, yang adalah temen satu kelasku juga, dan akhirnya aku meminta tolong sahabatnya untuk bisa menguatkan dan menjadi tempat “curhat”nya.

Dari kejadian itu, bener-bener aku belajar dan dikuatkan banget arti kata Happiness. Kebahagiaan yang tak dapat aku luapkan karena lulus dengan nilai memuaskan tergantikan dengan kebahagiaan lainnya yang tak kalah berartinya.

Kebahagiaan sejati bukan hanya mengenai diri sendiri, tetapi mengenai kepekaan dan kepedulian dengan orang lain. Aku tau bahwa saat itu aku sangat berhak untuk teriak, lompat-lompatan, “toss-tossan” bahkan lari ngiterin kampus untuk mengungkapkan kegembiraanku karena lulus, tapi aku memilih untuk tidak melakukan semuanya itu saat kulihat temanku ini sedang sedih, down, dan putus asa. Yah, dia satu-satunya yang tidak lulus hari itu. Betapa menyedihkan dan mengecewakannya hari itu bagi dia. Sungguh tragis, sungguh pilu. Dan dalam hatiku aku ingin ikut merasakan hal itu. Di tengah kebahagiaanku, ternyata ada hati yang sedang terluka, ada segenggam harapan yang telah sirna dan ada setumpuk kekecewaan dalam diri seseorang, dan dia adalah temanku.

Pasti kalian tau perbedaan antara simpati dan empati, secara teori kedua kata itu bisa dijelaskan seperti ini:

Simpati berasal dari kata syn dan pathos (syn=besama-sama,pathos=passion, ikut merasakan penderitaan). Jadi synpathos atau simpati secara sederhana diartikan sebagai perasaan ikut menderita bersama orang lain. Dari simpati muncul kata-kata; "kasihan ya!", "sayang ya",

Sedangkan Empati berasal dari kata em (en) dan pathos(pathos=sama seperti di atas
dan (em)=sebuah kata depan yang kira-kira dalam bahasa indonesia "masuk kedalam, menjadi, menyatu”). Jadi empathos atau empati secara sederha diartikan menderita besama dengan orang yang menderita tersebut. jadi bukan sebatas perasaan. Dari empati muncul perbuatan konkrit menolong orang lain seperti ikut berkorban, ikut kotor, ikut berkeringat karena dia menalami penderitaan itu sebagai bagian dari penderitaanya, menjadi satu dengan yang menderita itu sehingga menyerahkan diri atau mengorbankan diri untuk itu.

Secara teori aku sudah paham akan hal itu, ternyata aku diberi kesempatan untuk “mencicipi” hal itu, untuk memilih kedua hal tersebut, untuk bersimpati atau berempati.

Friends, saat kamu diperhadapkan terhadap hal tersebut apa yang akan kamu lakukan?? Mungkin klo kamu di hadapkan dengan orang yang kita kenal, atau orang yang dekat dengan kamu kamu pasti akan langsung “turun tangan” dan memilih untuk berempati. Tapi apa yang terjadi jika seseorang itu hanyalah teman sekelas atau orang yang baru kenal, teman yang hanya ketemu seminggu sekali, bahkan orang yang tidak kita kenal sama sekali.

Faktanya, saat ada sebuah kecelakaan di jalan raya, lebih banyak orang yang berucap “wahh.. kasian yah” dan hanya sekadar menonton dan “meramaikan” kecelakaan itu daripada orang yang langsung memberikan pertolongan pertama, segera melarikan ke rumah sakit terdekat, dan berusaha mencari identitas sang korban dan menelepon keluarga. Lebih banyak yang hanya sebatas simpati, bahkan ada yang cuek bebek langsung ngeloyor pergi seketika itu juga. Sesedikit itukah orang yang memilih untuk berempati ??

Mungki kejadian di atas sangat tepat Tuhan pakai untuk mengingatkanku akan arti berempati, bukan hanya simpati. Walaupun yang bisa kulakukan hanya sebatas menemani dia hingga membawa dia ke rumah sahabatnya, tetapi banyak yang aku dapatkan pada hari itu, mengenai kepedulian, arti pendampingan, arti seorang sahabat, kesempatan untuk berempati dan banyak hal lain. Aku percaya Tuhan ijinkan semua itu terjadi.

Dan sungguh sangat indah dan menyentuh saat dengan lemahnya dan di tengah tangisnya, temanku itu bilang terima kasih kepadaku, walaupun aku tak berharap mendapatkan hal itu.

Walaupun dia tetap dalam kondisi menangis, tapi aku percaya bahwa dia akan pulih, dia akan kuat, dan dia akan siap untuk menghadapi ketakutan yang lainnya. Mungkin saat ini dia gagal, tapi dalam kegagalannya itu dia akan mendapat kekuatan untuk menang di sidang berikutnya.

Dan hari itu aku bahagia, bukan saja karena aku lulus dengan hasil lumayan, tetapi juga karena Tuhan telah mengijinkan sebuah kejadian untuk aku belajar untuk peduli dan memilih empati. Dan kebahagiaan ini tidak akan kulupakan selamanya.

Aku telah memilih dan mengalami, bagaimana dengan kamu ?


“ Kebahagiaan sejati datang saat hidupmu menjadi kebahagiaan bagi orang lain”

By: ksw

2 comments:

Debby's Blog said...

waaa.. ini artikel ternyata dah setaon yg lalu.. hahahaha

sewaktu saia search di google kata "simpati" "empati" tiba2 keluar salah satu artikel dr blogmu b, hari ini saia begitu tertarik bgtz dgn 2 kata "empati" vs "simpati", sekarang ini begitu sulitna kita mencari orang yg benar2 "empati" n "care" sama kita yaa?? hmmm...

ijin copas yaa babe... :p

tengkyuuu.. biar blog ini bs jd berkat buat orang lain jg..^^

Gb :)

Neng Tinoeq said...

tengkiu...blognya dah membantu sayah nih hehehehe